Jumat, 29 Maret 2013

Pesawat N250 Buatan Habibie Adalah Pesawat Kelas Elit DiZamannya



Pesawat N250 ciptaan BJ Habibie merupakan pesawat yang diyakini bakal laris manis di industri penerbangan. Namun proyek tersebut dihentikan saat krisis 1998. Kalau pesawat ini berhasil terbang, maka tidak akan ada 1.500 unit pesawat ATR di dunia ini.

"Kalau saja N250 itu berhasil terbang, artinya seluruh sertifikasi sudah dipenuhi. 
Pesawat ini akan laris manis di dunia penerbangan, industri penerbangan kita akan jauh lebih besar lagi," ucap Vice President PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Irzal Rinaldi Zailani kepada detikFinance di The 12th Langkawi International Maritime & Aerospace & Exhibition, Malaysia, Rabu (27/3/2013).

Saat N250 dikembangkan BJ Habibie, belum ada pesawat dengan kelas yang sama di dunia ini. Jika dulu pesawat ini lolos dan terbang untuk sipil, pesawat ATR jenis 72 dan 42 tidak akan ada sampai terjual 1.500 unit.

"Bahkan mungkin tidak akan ada (ATR), karena kelas N250 dulu dengan ATR 72 dan 42 saat ini masih jauh di atasnya," ucap Irzal.

"Asal anda tahu N250 itu mesinnya spesial, dibuat khusus, kalau mobil itu N250 itu Mercy. ATR itu mesinnya Avanza, serius. Karena N250 jauh lebih irit dan cepat karena spesial, kursinya sudah 50 dan harga hampir sama. Coba sekarang bandingkan harganya hampir sama, irit, jauh lebih cepat, jumlah kursi sama, pilih mana? Tentunya N250-lah," sambung Vice President Corporate Communication PT DI, Sonny Ibrahim.

Namun kemunculan N250 ini membuat banyak negara khawatir. Apa yang terjadi?

"Dari 150 BUMN yang ada, hanya 1 BUMN yakni PT DI dulu IPTN yang dikenakan keputusan IMF untuk dihentikan proyek N250. Aneh kan? Ya itulah yang terjadi," tandas Sonny.

Sekarang, pesawat bermesin propeler ini mangkrak. Dua tipe N250 versi Gatot Kaca berpenumpang 50 orang dan N250 versi Krincing Wesi berpenumpang 70 orang ini hanya menjadi besi tua di Apron atau parkir pesawat milik PT DI di dekat landasan Bandara Husein Sastranegara Bandung.

Kalau mau menghidupkan si 'Gatot Kaca' ini bisa saja, namun butuh upaya besar. "Tapi butuh upaya yang besar karena seluruh sistemnya harus di upgrade dengan sistem dan teknologi yang baru," tandasnya.

Namun mimpi BJ Habibie belum kandas, sang anak yaitu Ilham Habibie bertekad untuk mewujudkan mimpi sang ayah dan bangsa Indonesia, memproduksi pesawat sipil the next N250, si Gatotkaca terbang melintasi nusantara dan dunia.

Seperti diketahui N250 adalah pesawat untuk penerbangan sipil yang dibangun oleh IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara) sekarang namanya PT Dirgantara Indonesia.
Namun karena ada negara besar yang menilai N250 bisa berdampak besar dan menguasai industri penerbangan di dunia, oleh IMF diminta proyek ini dihentikan.

Ternyata benar juga mimpi, visi dan prediksi Pak Habibie 20 tahun yang lalu bahwa bisnis penerbangan akan semakin semarak dan N250 bisa menjadi salah satu pilihan dalam bisnis pesawat berbaling-baling itu. Seandainya saja saat itu N250 sudah berhasil disertifikasi, lalu seandainya saja IPTN dioperasikan dengan manajemen yang efisien dan seandainya saja tidak ada krisis moneter, maka N250 pasti sudah akan menjadi pilihan dari Lion Air dan juga maskapai-maskapai penerbangan dari negara lain. Bayangkan saja, bila Lion Air memesan 20 pesawat saja, PT DI akan bisa memelihara asap dapurnya selama 3 - 10 tahun ke depan, belum lagi bila ada pesanan dari negara lain.

Sayang, mimpi besar Pak Habibie ini kandas sudah. Kita sudah kehilangan 13 tahun penuh kesia-siaan, sementara para insinyur alumni IPTN sudah tersebar di seluruh industri dirgantara dunia. Bagi mereka, para insinyur itu, tidaklah terlalu menjadi masalah, sepanjang kompetensi mereka dihargai tinggi oleh industri pengguna otak dan ketrampilan mereka. Tapi bagi kita sebagai bangsa, lagi-lagi terbukti bahwa kita ini adalah bangsa kalah, yang tidak pernah malu mengakui bahwa sudah kehilangan harga diri dengan lawakan politik pembesar kita. Dan kita perlu paling tidak 3 generasi lagi untuk menebus kebodohan ini.

Akankah N250 bisa terbang kembali ???



0 komentar:

Posting Komentar

 
;