Pesawat N250
ciptaan BJ Habibie merupakan pesawat yang diyakini bakal laris manis di
industri penerbangan. Namun proyek tersebut dihentikan saat krisis 1998. Kalau
pesawat ini berhasil terbang, maka tidak akan ada 1.500 unit pesawat ATR di
dunia ini.
"Kalau saja
N250 itu berhasil terbang, artinya seluruh sertifikasi sudah dipenuhi.
Pesawat
ini akan laris manis di dunia penerbangan, industri penerbangan kita akan jauh
lebih besar lagi," ucap Vice President PT Dirgantara Indonesia (PT DI)
Irzal Rinaldi Zailani kepada detikFinance di The 12th Langkawi International
Maritime & Aerospace & Exhibition, Malaysia, Rabu (27/3/2013).
Saat N250
dikembangkan BJ Habibie, belum ada pesawat dengan kelas yang sama di dunia ini.
Jika dulu pesawat ini lolos dan terbang untuk sipil, pesawat ATR jenis 72 dan
42 tidak akan ada sampai terjual 1.500 unit.
"Bahkan
mungkin tidak akan ada (ATR), karena kelas N250 dulu dengan ATR 72 dan 42 saat
ini masih jauh di atasnya," ucap Irzal.
"Asal anda
tahu N250 itu mesinnya spesial, dibuat khusus, kalau mobil itu N250 itu Mercy.
ATR itu mesinnya Avanza, serius. Karena N250 jauh lebih irit dan cepat karena
spesial, kursinya sudah 50 dan harga hampir sama. Coba sekarang bandingkan
harganya hampir sama, irit, jauh lebih cepat, jumlah kursi sama, pilih mana?
Tentunya N250-lah," sambung Vice President Corporate Communication PT DI,
Sonny Ibrahim.
Namun kemunculan
N250 ini membuat banyak negara khawatir. Apa yang terjadi?
"Dari 150
BUMN yang ada, hanya 1 BUMN yakni PT DI dulu IPTN yang dikenakan keputusan IMF
untuk dihentikan proyek N250. Aneh kan? Ya itulah yang terjadi," tandas
Sonny.
Sekarang, pesawat
bermesin propeler ini mangkrak. Dua tipe N250 versi Gatot Kaca berpenumpang 50
orang dan N250 versi Krincing Wesi berpenumpang 70 orang ini hanya menjadi besi
tua di Apron atau parkir pesawat milik PT DI di dekat landasan Bandara Husein
Sastranegara Bandung.
Kalau mau
menghidupkan si 'Gatot Kaca' ini bisa saja, namun butuh upaya besar. "Tapi
butuh upaya yang besar karena seluruh sistemnya harus di upgrade dengan sistem
dan teknologi yang baru," tandasnya.
Namun mimpi BJ
Habibie belum kandas, sang anak yaitu Ilham Habibie bertekad untuk mewujudkan
mimpi sang ayah dan bangsa Indonesia, memproduksi pesawat sipil the next N250,
si Gatotkaca terbang melintasi nusantara dan dunia.
Seperti diketahui
N250 adalah pesawat untuk penerbangan sipil yang dibangun oleh IPTN (Industri
Pesawat Terbang Nusantara) sekarang namanya PT Dirgantara Indonesia.
Namun karena ada
negara besar yang menilai N250 bisa berdampak besar dan menguasai industri
penerbangan di dunia, oleh IMF diminta proyek ini dihentikan.
Ternyata benar
juga mimpi, visi dan prediksi Pak Habibie 20 tahun yang lalu bahwa bisnis
penerbangan akan semakin semarak dan N250 bisa menjadi salah satu pilihan dalam
bisnis pesawat berbaling-baling itu. Seandainya saja saat itu N250 sudah
berhasil disertifikasi, lalu seandainya saja IPTN dioperasikan dengan manajemen
yang efisien dan seandainya saja tidak ada krisis moneter, maka N250 pasti
sudah akan menjadi pilihan dari Lion Air dan juga maskapai-maskapai penerbangan
dari negara lain. Bayangkan saja, bila Lion Air memesan 20 pesawat saja, PT DI
akan bisa memelihara asap dapurnya selama 3 - 10 tahun ke depan, belum lagi
bila ada pesanan dari negara lain.
Sayang, mimpi
besar Pak Habibie ini kandas sudah. Kita sudah kehilangan 13 tahun penuh
kesia-siaan, sementara para insinyur alumni IPTN sudah tersebar di seluruh
industri dirgantara dunia. Bagi mereka, para insinyur itu, tidaklah terlalu
menjadi masalah, sepanjang kompetensi mereka dihargai tinggi oleh industri
pengguna otak dan ketrampilan mereka. Tapi bagi kita sebagai bangsa, lagi-lagi
terbukti bahwa kita ini adalah bangsa kalah, yang tidak pernah malu mengakui
bahwa sudah kehilangan harga diri dengan lawakan politik pembesar kita. Dan
kita perlu paling tidak 3 generasi lagi untuk menebus kebodohan ini.
Akankah N250 bisa terbang
kembali ???
0 komentar:
Posting Komentar